Sabtu, 26 April 2025 02:18 WIB

Nusantara

Marahnya Ayah Lebih Membekas di Ingatan Anak, Ini Penjelasan Studi !

Redaktur: Redaksi
| 0 views

Ilustrasi

Afiliasi.net - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kemarahan ayah memiliki dampak yang lebih mendalam terhadap ingatan dan kondisi emosional anak dibandingkan dengan kemarahan ibu. Meskipun ibu mungkin lebih sering menegur atau memarahi anak dalam keseharian, ekspresi kemarahan dari ayah yang lebih jarang terjadi justru meninggalkan kesan yang lebih kuat dan berpotensi mempengaruhi kesehatan mental anak.

Studi Menunjukkan Dampak Kemarahan Ayah terhadap Kecemasan Anak

Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Men’s Health oleh Vered Shenaar-Golan dan rekan-rekannya meneliti hubungan antara perasaan ayah, khususnya kemarahan, dengan gejala kecemasan pada anak-anak berusia 8 hingga 18 tahun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kemarahan ayah berkorelasi dengan keterikatan yang tidak aman antara ayah dan anak, yang kemudian memediasi munculnya kecemasan pada anak. Keterikatan yang tidak aman ini juga dikaitkan dengan kesulitan anak dalam mengatur emosi mereka sendiri.

“Temuan ini menunjukkan bahwa paparan terhadap kemarahan ayah dapat berkontribusi pada perkembangan kecemasan pada anak melalui hubungan keterikatan yang tidak aman dan kesulitan dalam regulasi emosi,” tulis para peneliti dalam studi tersebut.

Mengapa Kemarahan Ayah Lebih Membekas?

Dalam keseharian, ibu seringkali lebih terlibat dalam pengasuhan dan interaksi emosional dengan anak, termasuk dalam menegur atau memarahi. Sebaliknya, ayah cenderung menunjukkan kemarahan dalam situasi yang lebih jarang namun dengan intensitas yang lebih tinggi. Perbedaan ini membuat ekspresi kemarahan dari ayah menjadi lebih menonjol dan mengesankan bagi anak.

“Ini bukan soal siapa yang lebih galak, tetapi bagaimana otak anak-anak menyimpan pengalaman emosional,” tulis akun edukasi parenting Ibu Nomor 1 dalam sebuah unggahan. Mereka menjelaskan bahwa meskipun ibu mungkin lebih sering marah dalam keseharian, interaksi tersebut terjadi dalam konteks hubungan yang akrab dan penuh kehangatan, sehingga otak anak menganggapnya sebagai bagian dari “keseharian” yang wajar.

Sebaliknya, kemarahan ayah yang lebih jarang terjadi justru menciptakan efek emosional yang lebih intens. Karena biasanya disertai dengan otoritas yang lebih kuat dan frekuensi yang lebih rendah, kemarahan tersebut terasa lebih besar dan mengintimidasi anak, membuatnya lebih mudah diingat hingga jangka panjang.

Implikasi bagi Orang Tua

Temuan ini menjadi pengingat bagi orang tua, khususnya ayah, untuk lebih berhati-hati dalam mengekspresikan emosi di hadapan anak. Ekspresi kemarahan yang tidak terkendali dapat membentuk keterikatan yang tidak aman dan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengatur emosi mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan.

Para ahli menyarankan agar orang tua, terutama ayah, mengembangkan keterampilan dalam mengelola emosi dan membangun hubungan yang aman dan mendukung dengan anak-anak mereka. Hal ini dapat membantu anak merasa lebih aman dan mampu mengelola emosi mereka dengan lebih baik.(*)


TOPIK BERITA TERKAIT: #marahnya #ayah #pada #anak #menurut #studi #lebih #membekas 

Berita Terkait

IKLAN