Minggu, 05 Mei 2024 02:25 WIB

Advetorial

Degradasi dan Deforestasi Parah, Dishut Kaltim Sebut Delta Mahakam Masih Berpotensi Dikembangkan

Redaktur: Rahmadani
| 722 views

Kawasan Delta Mahakam. (Dok Kementrian Kelautan dan Perikanan/Istimewa)

Samarinda, Afiliasi.net – Meski mengalami degradasi dan deforestasi parah, kawasan Delta Mahakam dinilai masih berpeluang untuk dikembangkan. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta Mahakam, Ahyar.

Ia menjelaskan, sebagai ekosistem pesisir terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim), kawasan Delta Mahakam memiliki luas sekitar 1.500 kilometer persegi dengan 92 pulau atau delta. Ekosistem Delta Mahakam memiliki produktivitas hayati yang sangat tinggi dan mendapat pasokan bahan organik potensial sebagai hara dari lahan atas melalui aliran Sungai Mahakam.

“Maka, ekosistem itu memiliki potensi sumber daya perikanan, udang dan kepiting. Selain itu, ekosistem Delta Mahakam memiliki sumber daya alam non-hayati yakni minyak bumi dan gas bumi yang masih berproduksi,” kata Ahyar, Senin, 1 Agustus 2022.

Untuk diketahui, Kaltim memiliki KPHP Delta Mahakam yang berada di bawah Dinas Kehutanan (Dishut) Kaltim. Berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Delta Mahakam membentang dari Kecamatan Muara Badak hingga Muara Jawa. Lokasinya sekitar 25 kilometer ke timur dari Kota Samarinda.

Ahyar menjelaskan, kawasan Delta Mahakam didominasi pohon nipah lalu diikuti tumbuhan mangrove lain seperti api-api, bakau, tumu, dungun dan kayu boli. Di sisi lain, sebut dia, upaya pengembangan komoditas juga dilakukan.

Beberapa waktu belakangan, masyarakat Delta Mahakam mengembangkan krupuk udang dan ikan serta komoditas turunan lain. Pengembangan sarang walet juga dilirik untuk dikembangkan.

Meski telah mengalami degradasi dan deforestasi, kawasan hutan di Delta Mahakam masih memiliki banyak peluang untuk dikembangkan salah satunya dalam hal jasa lingkungan.

Ahyar menyebut, wisata alam merupakan potensi jasa lingkungan yang cukup menjanjikan. Dari segi jarak, kawasan Delta Mahakam cukup dekat dengan Samarinda yang merupakan ibu kota Kaltim sekaligus kota dengan penduduk terbesar di provinsi ini. Keunikan ekosistem mangrove yang jarang dilihat oleh masyarakat umum bisa menjadi daya tarik utama.

Namun demikian, masalah klasik adalah terbatasnya infrastruktur menuju ke kawasan itu. Delta Mahakam meski hanya berjarak kurang dari 25 kilometer dari Samarinda, namun sarana penghubungnha terbatas. Satu-satunya alat transportasi adalah dengan menggunakan perahu atau kapal bermotor.

Penduduk yang masih sedikit juga menyebabkan tidak ada angkutan reguler melayani warga dari dan ke kawasan Delta Mahakam.

“Untuk menarik minat wisatawan, selain mangrove sightseeing, memancing juga bisa dijadikan salah satu daya tarik. Memancing di laut tentu memiliki sensasi yang berbeda dibanding memancing di perairan darat,” jelasnya.

Potensi jasa lingkungan yang lain bisa dikembangkan berupa kegiatan wisata baik wisata alam maupun wisata pendidikan dan penelitian (ilmu pengetahuan). Budi daya ikan, udang, kerang, kepiting juga bisa dijadikan salah satu atraksi menarik bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Ahyar menjelaskan. Terkait dengan isu perubahan iklim dan peningkatan gas rumah kaca, maka kawasan Delta Mahakam bisa dijadikan sebagai bagian dari program perdagangan karbon melalui skema yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah bersama masyarakat internasional lainnya.

Di sisi lain, animo masyarakat untuk mendapatkan perhutanan sosial sebenarnya cukup tinggi. Tetapi, pihaknya memilah, mana yang siap dan potensial dikembangkan. “Tapi kami optimalkan yang ada dahulu. Sebab, kalau mengajukan perhutanan sosial, harus dari hulu ke hilir kami dampingi,” pungkasnya. (Jr/adv/diskominfokaltim/*)


TOPIK BERITA TERKAIT: #delta-mahakam #deforestasi #degradasi #kphp-kaltim #ahyar #pemprov-kaltim 

Berita Terkait

IKLAN