Senin, 06 Mei 2024 01:36 WIB

Daerah

Bisnis Kopra Edible Tembus Pasar Internasional, Masyarakat Kaltim Harus Manfaatkan Peluang

Redaktur: M. Yusuf
| 1.521 views

Pekerja di lokasi bisnis kopra edible. (ist)

Samarinda, Afiliasi.net - Masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) harus memanfaatkan peluang besar dari Agroindustri kelapa kopra edible yang ternyata dilirik pasar Internasional seperti Pakistan, India, Bangladesh dan Sri Lanka. 

Direktur CV Masagenah Widya Hana Sofia, saat berkunjung ke Rumah Cokelat, Palu, membeberkan jalan sukses bisnis kelapa kopra edible yang ia jalankan bersama seorang pengusaha kopra di Sulawesi Tengah (Sulteng) Alfian.

Widya mengatakan, jalinan kerjasama yang terajut bersama Alfian itu lantaran kapasitas kelapa di Palu untuk membuat kopra edible sangat memungkinkan. Pun begitu dengan kualitas. Apalagi, sambungnya, pasar kopra edible Palu sudah menyentuh internasional.

"Kita bersyukur karena diberikan kesempatan sebagai pemain lokal," aku Widya, Jumat 4 Juni 2021.

Permintaan buyer Pakistan diakui Widya sangat besar. Pengiriman perbulan yang akan dilaksanakan nanti mencapai 2 hingga 3 kontainer. Karena itu, selama lima tahun kedepan, perjanjian bersama Alfian akan terus ia lanjutkan. 

Widya menyatakan, Bumi Etam perlu integritas pembuatan penanaman kelapa. Untuk memenuhi industri kelapa terpadu di wilayah Kaltim.

"Ada jenis kelapa tertentu, yang 3 sampai 4 tahun itu bisa panen. Jika bisa Kaltim harus mencoba karena kelapa dari ujung akar sampai ujung paling atasnya itu bisa dimanfaatkan," bebernya.

Kunjungan ini diakui Widya lagi sangat bermanfaat. Area-area produksi di Sulteng memberikan ilham tersendiri. Seperti oven pengeringan kopra.

"Kami bertindak sebagai hilir masuk ke Palu, sangat bermanfaat bagi kami karena bisa bertemu dengan petaninya langsung," terangnya, 

Menurut Alfian, pihaknya memang sudah sering mengirim kopra edible ke India dan Pakistan. Mereka juga sudah memiliki kontrak kerjasama, hingga 2024 sejak 2019 lalu.

Bagi Alfian, kerjasama perdagangan antara Bumi Mulawarman dan Sulteng juga menjadi peluang yang baik. Dirinya pun, sudah lama menanti buyer lokal, yang bisa berkolaborasi dengan usahanya.

Untuk kuantitas, diakui Alfian pihak CV Masagenah memerlukan 10 box perbulan. Dimana 1 box-nya berisikan muatan kopra edible sebanyak kurang lebih 24 ton.

"Perkilogram Rp 17 ribu. Jika dikalikan, perkontainer bisa sampai Rp 400 juta-an," ujarnya.

Alfian sendiri memiliki 50 pekerja di lahan perkebunan miliknya. Dengan tupoksi yang berbeda-beda pula.

Kendati demikian, kendala pun juga dialami. Seperti ada beberapa pengusaha yang fiktif belaka. Tetapi dirinya sudah merasa biasa, dan terus berusaha.

"Cara meng-handle yah dengan membuat perjanjian. Terutama soal sistem pembayaran, jangka waktu, dan berapa banyak barang yang dibutuhkan," jelasnya.

Lebih lanjut, untuk proses pengolahan dari tahap belah kelapa sampai pengeringan mencapai estimasi waktu 8 hari. Setelah itu penyortiran berdasarkan kelas.

Komoditas kopra sendiri diharapkan Alfian bisa lebih dikenal di Bumi Pertiwi. Asal-usul pembelajaran diakui Alfian lagi memang dari tanah Jawa.

"Notabenenya di Kaltim kan kelapa kurang, tapi tak menutup kemungkinan bisa berkembang juga. Income dari komoditas ini sangat menjanjikan," tandasnya.

Penulis: Cika


TOPIK BERITA TERKAIT: #bisnis-kopra-edible #disperindagkop-kaltim #m-yadi-robyan-noor #widya-hana-sofia 

Berita Terkait

IKLAN



Berita Lainnya

Terpopuler