Kamis, 12 Desember 2024 05:55 WIB

Opini

Fenomena FOMO dan Demam Boneka Labubu

Redaktur: Redaksi
| 522 views

Sumber foto : internet

Afilliasi.net - Demam boneka Labubu yang viral belakangan ini memicu fenomena sosial yang menarik. Boneka ini, yang awalnya hanya menjadi aksesori Lisa BLACKPINK, kini menjadi buruan banyak orang, dari remaja hingga orang dewasa. Antrean panjang di pusat-pusat perbelanjaan Indonesia hanya menjadi salah satu cermin dari tren global ini. Namun, ada aspek psikologis yang mendasari fenomena ini, yang sering kali diabaikan: FOMO (Fear of Missing Out).

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, FOMO adalah fenomena yang semakin merajalela di era digital, terutama dengan dominasi media sosial. Orang-orang terus menerus dihadapkan pada tayangan tentang apa yang dilakukan orang lain, sehingga mereka merasa perlu untuk mengikuti tren terbaru agar tidak ketinggalan. Dalam kasus boneka Labubu, kita bisa melihat bagaimana unggahan Lisa BLACKPINK di awal 2024 memicu kegilaan global, di mana warganet dan penggemar seolah-olah merasa terpaksa untuk ikut memiliki boneka ini demi “kebersamaan sosial.”

Namun, di balik keseruan ini, kita perlu menyadari dampak jangka panjang dari FOMO terhadap kesehatan mental. Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Amy Sullivan, pakar psikologis kesehatan klinis, fenomena FOMO tidak hanya tentang ketakutan ketinggalan tren, tetapi juga terkait dengan rasa ketidakpuasan hidup dan kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi. Orang-orang dengan self-esteem rendah, yang tidak yakin dengan keinginan pribadi mereka, sering kali merasa perlu mengikuti apa yang orang lain lakukan atau miliki. Ini bisa menjadi lingkaran setan yang berujung pada kecemasan, stres, dan bahkan depresi.

Dalam konteks ini, boneka Labubu hanyalah salah satu contoh dari banyak fenomena tren yang dihasilkan oleh FOMO. Antusiasme untuk memiliki sesuatu yang viral, meski terlihat menyenangkan, sebenarnya bisa menimbulkan ketidakpuasan yang lebih besar ketika kita merasa “tidak cukup” hanya dengan mengikuti tren.

Tren boneka Labubu, yang populer berkat unggahan selebriti, juga memperlihatkan bagaimana media sosial memainkan peran besar dalam menentukan apa yang “harus” diinginkan oleh masyarakat. Karakter boneka yang diciptakan oleh seniman Kasing Lung ini sebenarnya awalnya hanya sebuah karya seni yang terinspirasi dari dongeng Nordik, namun melalui kolaborasi dengan Pop Mart, karakter ini kemudian diproduksi massal dan dipasarkan secara global.

Hal ini menunjukkan bagaimana budaya konsumsi dipicu oleh media sosial dan ikon pop, sehingga tren yang awalnya tampak sederhana bisa berubah menjadi fenomena global. Boneka Labubu adalah simbol dari tren yang dengan cepat menyebar, didorong oleh rasa takut akan ketertinggalan.

Pada akhirnya, fenomena ini menyiratkan betapa pentingnya kesadaran akan diri sendiri. Memiliki atau mengikuti tren tidaklah buruk, tetapi jika motivasi kita didorong oleh kecemasan dan rasa takut tertinggal, mungkin kita perlu menilai kembali apakah kita benar-benar menyukai sesuatu atau hanya sekadar terjebak dalam siklus FOMO. Fenomena Labubu, seperti tren lainnya, hanya bersifat sementara, namun dampaknya pada kesehatan mental kita bisa bertahan lebih lama jika tidak diatasi dengan baik.*


TOPIK BERITA TERKAIT: #boneka #labubu #lisa-blackpink 

Berita Terkait

IKLAN